Minggu, 09 Januari 2011

ASKEP KLIEN LANJUT USIA DI KELUARGA DENGAN IMMOBILITY AND FUNCTIONAL MOBILITY


1. Konsep keperawatan gerontik
A.Pengertian Keperawatan  Gerontik : Suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

B.DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1.      kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2.      kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3.      kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1.      Usia lanjut : 60 - 74 tahun
2.      Usia Tua : 75 - 89 tahun
3.      Usia sangat lanjut : > 90 tahun

C.PROSES PENUAAN
Proses Terjadinya Penuaan

1. Biologi
a. Teori “Genetic Clock”
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)
d. Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e. Wear &Tear Teori
Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.
f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.


2. Teori Sosiologi
a. Activity theory
Ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b. Teori kontinuitas
Adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
c. Disengagement Theory
Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d. Teori Stratifikasi usia
Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses penuaan.

3. Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow
Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung
Terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan.
c. Course of Human Life Theory
 Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat maksimumnya.
d. Development Task Theory
Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya.

•Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.

•Penuaan Sekunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial. Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.

Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:

1. Perubahan Mikro
•Berkurangnya cairan dalam sel
•Berkurangnya besarnya sel
•Berkurangnya jumlah sel

2. Perubahan Makro
•Mengecilnya mandibula
•Menipisnya discus intervertebralis
•Erosi permukaan sendi-sendi
•Osteoporosis
•Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya menurun)
•Emphysema Pulmonum
•Presbyopi
•Arterosklerosis
•Manopause pada wanita
•Demintia senilis
•Kulit tidak elastis
•Rambut memutih

D.KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA

     •Saling berhubungan satu sama lain
     •Penyakit sering multiple
     •Penyakit bersifat degeneratif
     •Berkembang secara perlahan
     •Gejala sering tidak jelas
     •Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
     •Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
     •Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis)

Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar, Makasar),
sebagai berikut:
Ø  Fungsi tubuh dirasakan menurun:
     Penglihatan (76,24 %),
     Daya ingat (69,39 %),
     Sexual (58,04 %),
     Kelenturan (53,23 %),
     Gilut (51,12 %).
    
Ø  Masalah kesehatan yang sering muncul
     Sakit tulang (69,39 %),
     Sakit kepala (51,15 %),
     Daya ingat menurun (38,51 %),
     Selera makan menurun (30,08 %),
     Mual/perut perih (26,66 %),
     Sulit tidur (24,88 %) dan
     sesak nafas (21,28 %).

Ø  Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan anggota keluaraga yang lanjut usia kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia

2.Askep klien lanjut usia di keluarga dengan immobility and functional mobility

A. PENDAHULUAN

Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang keropos (osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan gerak, penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan.
Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi mengalami degenerasi didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa otot dan kekuatannya juga berkurang
B. PENGERTIAN
            Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Walaupun jenis aktivitas berubah sepanjang kehidupan manusia, mobilitas adalah pusat untuk berpartisipasi dalam dan menikmati kehidupan. Merpertahankan moblitas optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia.
                Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolut dan statis dalam menentukan kemampuan untuk berjalan; tetapi mobilitas optimal merupakan sesuatu yang individualistis, relatif, dan dinamis yang bergantung pada interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan sosial, afetif dan fungsi fisik. Untuk seseorang, mobilitas optimal mungkin berupa berjalan sekitar 8 kilometer setiap harinya; bagi orang lain, mobilitas dapat melibatkan pergerakan yang terbatas dengan bantuan
                Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas optimal. Diagnosis keperawatan hambatan mobilitas fisik, potensial sindrom  disuse,dan intoleransi aktivitas memberikan definisi imobilitas yang lebih terbatas dan termasuk dalam definisi imobilitas yang lebih luas.
            Imobilitas, intolrransi aktivitas dan sindrom disuse sering terjadi pada lansia. Studi-studi tentang insidensi diagnosis keperawatan yang digunakan untuk lansia yang berada di institusi perawatan mengungkapkan bahwa hambatan mobilitas fisik adalah diagnosis pertama atau kedua yang paling sering muncul. Prevalensi dari masalah ini meluas di luar institusi sampai melibatkan seluruh lansia.

C. GANGGUAN MOBILITAS FISIK

a.       Definisi
Suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang.
b.      Batasan Karakteristik
-          Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan, termasuk mobilitas tempat tidur, berpindah, dan ambulasi
-          Keengganan untuk melakukan pergerakan
-          Keterbatasan rentang gerak
-          Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot
-          Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protokol – protokol mekanis dan medis
-          Gangguan koordinasi

c.       Faktor – Faktor Yang Berhubungan
-          Intoleransi aktivitas
-          Penurunan kekuatan dan ketahanan
-          Nyeri dan rasa tidak nyaman
-          Gangguan persepsi atau kognitif
-          Gangguan neuromuskular
-          Depresi
-          Ansietas berat

D. POTENSIAL SINDROME DISUSE
a.       Definisi
Suatu keadaan seseorang yang beresiko untuk mengalami kerusakan sistem tubuh sebagai akibat dari ketidakaktifan muskuloskeletal yang di anjurkan oleh dokter atau yang tidak dapat dihindarkan
b.      Faktor – Faktor Risiko
-          Paralisis
-          Imobilisasi Mekanis
-          Imobilisasi yang di anjurkan oleh dokter
-          Nyeri berat
-          Perubahan tingkat kesadaran


E. INTOLERANSI AKTIVITAS
a.       Definisi
Suatu keadaan ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas sehari – hari yang di butuhkan atau yang di inginkan.
b.      Batasan Karakteristik
-          Secara verbal melaporkan keletihan atau kelemahan
-          Denyut jantung atau tekanan darah yang tidak normal terhadap aktivitas
-          Rasa tidak nyaman atau dispnea setelah beraktivitas
-          Perubahan elektrokardiografis yang menunjukkan adanya disritmia atau iskemia


c.       Faktor – Faktor Yang Berhubungan
-          Tirah baring dan imobilitas
-          Kelemahan secara umum
-          Gaya hidup yang kurang gerak
-          Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan

F. FAKTOR – FAKTOR INTERNAL
            Berbagai faktor internal berakibat dalam imobilisasi tubuh atau bagian tubuh. Pembahasan secara rinci tentang faktor –faktor internal yang turut berperan terhadap imobilitas dapat di temukan dalam bab-bab yang berkaitan dalam teks ini.
FAKTOR – FAKTOR INTERNAL YANG MENYEBABKAN ATAU TURUT BERPERAN TERHADAP IMOBILITAS
a.       Penurunan Fungsi Muskuloskeletal
-          Otot –otot (atrofi, distrofi, atau cedera)
-          Tulang (infeksi fraktur, tumor, osteoporosis, atau osteomalasia)
-          Sendi (artritis dan tumor)
-          Kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan)
b.      Perubahan Fungsi Neurologis
-Infeksi (mis, ensevalitis)
-Tumor
-Trauma
-Obat- obatan
-Penyakit vaskular (mis, stroke)
-Penyakit demielinasi (seperti, sklerosis multiple)
-Penyakit degeratif (mis, penyakit parkinson)
-Terpajan produk racun (mis, karbon monoksida)
-Gangguan metabolik (mis, hipoglikemi)
-Gangguan nutrisi
c.       Nyeri
Penyebabnya multiple dan bervariasi seperti penyakit kronis dan trauma
d.      Defisit Perseptual
Kelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori
e.       Berkurangnya Kemampuan koqnitif
Gangguan proses koqnitif, seperti demensia berat
f.       Jatuh
-Efek fisik : cedera atau fraktur
-Efek psikologis : sindrome setelah jatuh
g.      Perubahan Hubungan Sosial
-Faktor – faktor aktual (mis, kehilangan pasangan, pindah jauh dari keluarga, atau teman –teman)
-Faktor – faktor persepsi (mis, perubahan pola pikir seperti depresi)
h.      Aspek psikologis
-Ketidak berdayaan dalam belajar
-Depresi
G. FAKTOR – FAKTOR EKSTERNAL
            Banyak faktor eksternal yang mengubah mobilitas pada lansia. Faktor tersebut termasuk program terapeutik, karakteristik tempat tinggal dan staf, sistem pemberian asuhan keperawatan, hambatan – hambatan, dan kebijakan – kebijakan institusional.
1.      Program Terapeutik
Progam penaganan medis memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas dan kuantitas pergerakan pasien. Contoh program pembatasan meliputi faktor-faktor mekanis dan farmakologis, tirah baring, dan restrein.
2.      Karakteristik Penghuni Institusi
Tingkat mobilitas dan pola perilaku dari kelompok teman sebaya klien dapat mempengaruhi pola mobilitas dan perilakunya.
3.      Karakteristik Staf
Tiga karakteristik dari staf keperawatan mempengaruhi pola mobilitas adalah pengetahuan, komitmen, dan jumlah.
4.      Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
Jenis sistem pemberian asuhan keperawatan yang di gunakan di dalam institusi dapat mempengaruhi status mobilitas penghuninya.
5.      Hambatan – Hambatan
Hambatan fisik dan arsitektur dapat mengganggu mobilitas. Hambatan fisik termasuk kurangnya alat bantu yang tersedia untuk mobilitas, pengetahuan dalam menggunakan alat bantu mobilitas tidak adekuatnya sandaran untuk kaki.
6.      Kebijakan – Kebijakan Institusi
Faktor lingkungan lain yang penting untuk lasia adalah kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur institusi.

H.    DAMPAK MASALAH PADA LANSIA
1.      Perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami komplikasi
2.      Pengkajian sumber-sumber dan keterbatasan di dalam dan di luar orang tersebut dan pada  interaksi antara lingkungan internal dan eksternal


DAMPAK FISIOLOGIS DARI IMOBILITAS DAN KETIDAKAKTIFAN
Efek
Hasil
1.      Penurunan konsumsi oksigen maksimum
2.      Penurunan fungsi ventrikel kiri

3.      Penurunan curah jantung
4.      Penurunan volume sekuncup
5.      Peningkatan katabolisme protein
6.      Peningkatan pembuangan kalsium
7.      Perlambatan fungsi usus  

8.      Pengurangan miksi

9.      Gangguan metabolisme glukosa
10.  Penurunan ukuran toraks 

11.  Penurunan aliran darah pulmonal
12.  Penurunan cairan tubuh total
13.  Gangguan sensori
14.  Gangguan tidur                            
1.      intoleransi aktivitas

2.      peningkatan denyut jantung, sinkop
3.      penurunan toleransi latihan
4.      penurunan kapasitas kebugaran
5.      penurunan massa otot tubuh
6.      osteoporosis disuse

7.      konstipasi

8.      penurunan evakuasi kandung kemih
9.      intoleransi glukosa
10.  penurunan kapasitas fungsional residual
11.  atelektasis

12.  penurunan  volume plasma
13.  perubahan koknisi
14.  bermimpi pada siang hari



  1. PENATALAKSANAAN
1.      Pencegahan Primer
- Hambatan terhadap latihan
- Pengembangan program latihan
- keamanan
2.      Pencegahan Sekunder
Pedoman pengajaran program latihan
- pemanansan dan pendinginan selama 3-5 menit sebelum dan sesudah sesi latihan
- lakukan latihan peregangan otot sebelum dan setelah sesi latihan
- jangan melakukan hal tersebut secara berlebihan
- tingkatkan latihan secara bertahap
- jika mengalami nyeri dada, hentikan lalu konsul ke dokter anda
- hindari gerakan yang menghentak, melambung, berputar
- pagi dan malam hari baik untuk melakukan latihan
- latihan harus dilakukan secara teratur dan terprogram
- jika mungkin, latihan bersama teman
- selalu memantau denyut nadi anda
3.      Pencegahan Tersier
Upaya – upaya rehabilitatif untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansiamelibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, terapi okupasi, ahli gizi, aktivitas sosial dan keluarga serta teman – teman.
4.      Penatalaksanaan terapeutik
Pengobatan terapeutik ditujukan ke arah perawatan penyakit atau kesakitan yang dihasilkan atau yang turut berperan terhadap masalah imobilitas dan penanganan konsekuensi aktual atau potensial dari imobilitas.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.
CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot.

K.MANFAAT-MANFAAT LATIHAN

1. Kardiovaskular
     -Peningkatan kapasitas ketahanan
     -Penurunan denyut jantung
     -Peningkatan transpor oksigen
     -Penurunan kolesterol
     -Penurunan tekanan darah pada klien yang hipertensi
2. Respirasi
     -Peningkatan kapasitas vital
3. Muskuloskeletal
     -Peningkatan kekuatan otot
     -Peningkatan rentang gerak
     -Peningkatan fleksibilitas
     -Peningkatan remineralisasi tulang
     -Peningkatan keseimbangan
4.Endokrin
     -Peningkatan metabolisme glukosa
5.Psikologis
     -Peningkatan perasaan sejahtera
     -Peningkatan moral
6.Kognitif
     -Peningkatan metabolisme glukosa dalam berpikir


L.PENGKAJIAN

Suatu pengkajian fungsi memberikan bukti bahwa imobilitas memicu perubahan patologis dalam sistem tubuh. Parameter pengkajian disajikan dengan efek- efek imobilitas pada sistem tubuh dan faktor lingkungan.

1.Kemunduran muskuloskeletal
Indikator primer dari keparahan imobilitas pada sistem muskuloskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan otot, rentang gerak sendi, dan kekuatan skeletal.

2.Kemunduran kardiovaskular
Tanda dan gejala kardiovaskular tidak memberikan bukti yang langsung atau memberikan tentang perkembangan komplikasi imobilitas.
3.Kemunduran respirasi
Tanda tanda awal meliputi peningkatan temperatur dan denyut jantung. Perubahan-perubahan dalam pergerakan dada, perkusi, bunyi nafas, gas darah arteri mengindikasikan adanya perluasan dan beratnya kondisi yang terjadi.
4.Perubahan integumen
Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit.
5.Perubahan fungsi urinaria
Bukti perubahan fisik termasuk tanda fisik berupa berkemihsedikit dan sering, distensi abdomen bawah.
6.Perubahan gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, rasa penuh.
7.Faktor lingkungan
Lingkunga tempat tinggal klien memberikan bukti untuk intervensi.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
3. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,
deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya
kekakuan sendi
4. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar
ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
5. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak
normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari
yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis.
cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan
selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron,
cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
6. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang
lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya
edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian
kapiler.
7. Mengkaji fungsional klien
 A.KATZ Indeks
Termasuk katagori yang mana:
Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah,dan mandi.
Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.


B. Indeks ADL BARTHEL (BAI)
NO
FUNGSI
SKOR
KETERANGAN
1
Mengendalikan rangsang pembuangan tinja
0
1
2
Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar).
Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu).
Terkendali teratur.
2
Mengendalikan rangsang berkemih
0
1
2
Tak terkendali atau pakai kateter
Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24 jam)
Mandiri
3
Membersihkan diri (seka muka, sisir rambut, sikat gigi)
0
1
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
4
Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram)
0
1
2
Tergantung pertolongan orang lain
Perlu pertolonganpada beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain.
Mandiri
5
Makan
0
1
2
Tidak mampu
Perlu ditolong memotong makanan
Mandiri
6
Berubah sikap dari berbaring ke duduk
0
1
2
3
Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk bias duduk
Bantuan minimal 1 orang.
Mandiri
7
Berpindah/ berjalan
0
1
2
3
Tidak mampu
Bisa (pindah) dengan kursi roda.
Berjalan dengan bantuan 1 orang.
Mandiri
8
Memakai baju
0
1
2
Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (mis: memakai baju)
Mandiri.
9
Naik turun tangga
0
1
2
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
10
Mandi
0
1
Tergantung orang lain
Mandiri

TOTAL SKOR
Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

M. INTERVENSI

1.Kontraksi otot isometrik
Meningkatkan tegangan otot tanpa mengubah panjang otot yang menggerakkan sendi.
2.Kontraksi otot isotonik
Kontraksi otot yang berlawanan yang berguna untuk mempertahankan kekuatan otot dan tulang.
3.latihan kekuatan
Latihan pertahanan yang progresif.
4.Latihan aerobik
Aktivitas yang menghasilkan peningkatan denyut jantung 60 sampai 90% dari denyut jantung maksimal.

5.Sikap
Sikap perawat dan klien tentang pentingnya latihan dan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari.
6.Latihan rentang gerak
Latihan gerak aktif membantu mempertahankan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot serta meningkatkan penampilan koqnitif.
Latihan gerak pasif menggerakkan sendi melalui rentang geraknya oleh orang lain, hanya membantu mempertahankan fleksibilitas.
7.Mengatur posisi
Kesejajaran tubuh tanpa memperhatikan posisi, mempengaruhi mobilitas.

N. DOKUMENTASI YANG ESENSIAL

Dokmentasi untuk setiap sistem meliputi hal berikut :
1.Untuk muskuloskeletal : kekuatan otot, ukuran tonus, ketahanan, mobilitas sendi, adanya nyeri.
2.Untuk kardiovaskular : perubahan ortostatik dalam tekanan darah dan denyut nadi.
3.Untuk respirasi : pengkajian paru.
4.Untuk integumen : karakteristik kulit di atas tonjolan tulang.
5.Untuk urinaria : frekuensi dan jumlah berkemih
6.Untuk gastrointestinal : karakter dan pola fese dan alat bantu yang digunakan untuk memfasilitasi eliminasi.

O. DIAGNOSA
 Diagnosa keperawatan : gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas, resiko tinggi sindrome disuse
Hasil yang diharapkan
Intervensi Keperawatan
Klien mempertahankan kekuatan dan ketahanan sistem muskuloskeletal dan fleksibilitas sendi-sendi
1.observasi tanda dan gejala penurunan kekuatan otot, penurunan mobilitas sendi, dan kehilangan ketahanan
2.observasi status respirasi dan fungsi jantung pasien
3.observasi lingkungan terhadap bahaya keamanan yang potensial
4.anjurkan klien untuk melakukan kontraksi otot isotonik
5.berikan latihan gerak rentang
6.berikan diit dengan protein, kalori dan kalsium yang adekuat
7.pertahankan kesejajaran tubuh yang tepat
8.anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
9.anjurkan klien untuk istirahat adekuat
10.gunakan alat- alat pendukung
11.rujuk klien kepada ahli fisioterapi jika ada indikasi secara medis
12.berikan dorongan kepada klien untuk memiliki sikap restrukturisasi
13.ubah lingkungan untuk menurunkan bahaya-bahaya keamanan
14.ajarkan tentang tujuan dan pentingnya latihan
15.ajarkan penggunaan alat bantu yang tepat
16.ajarkan tanda dan gejala kerja latihan yang terlalu berlebihan


DAFTAR PUSTAKA

R. Boedhi-Darmojo, H. Hadi Martono, Buku Ajar geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), edisi ke 2, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.

Joseph J. Gallo, William Reichel, Lillian M. Andersen, Buku Saku Gerontologi, Edisi 2, Jakarta, EGC, 1998.

Dr. Hardywinoto, SKM, Dr. Tony Setia budhi, Ph. D.Panduan Gerontologi, Jakarta, PTGramedia Pustaka Utama, 1999.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddarth,Cetakan Ke satu, Jakarta, EGC, 2001

Doenges E Marlyn, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC :2000